8 Jun 2015

Musik Minang


Pagi ini saya cukup terhenyak ketika mencari lagu untuk menidurkan anak saya, saya memilih lagu minang "Ampun Mandeh" di Youtube. Saya menyukai suara Ria Amelia menyanyikan lagu ini. Dari tautan itu, saya dihantar pada sebuah kejutan manis. Anak saya sudah tertidur, saya masih mencobai beberapa lagu.



Dari sekian video yang ditawarkan dan umumnya sama, saya bertemu dengan sebuah fenomena baru dalam musik minang. Setidaknya ada 3 penampil yang membuat saya terpesona dan takjub begitu saja. Rancak Voice, group vokal minang yang mengarasemen ulang lagu-lagu populer tempo dulu. Musik mereka bagus, asyik, dan komplit, demikian juga penggarapan video klipnya. Yang kedua saya bertemu Poepay, sebuah band yang cukup asyik dengan gaya anak muda sekarang. Sebagaimana Rancak Voice, aak-anak muda itu menyanyikan ulang lagu-lagu pop minang dengan gaya band zaman sekarang, Ada upaya memasukan unsur lokal tapi tampak masih malu-malu. Video klipnya juga asyik, tidak lagi melulu orang berjoget di depan rumah gadang, si penyanyi berdiri di pinggir pantai, di atas sampan, di jenjang rumah. Ketiga saya saya dihadapkan pada video Rynd Band yang tampak lebih serius mengarasemen lagu dengan bungkus jazz dan memadukannya dengan musik tradisional.

Saya teringat Tomy Bollin beberapa tahun lalu bernyanyi engan bahasa daerah dengan gaya hip-hop. Saya berpikir, jangan-jangan sampai di sini saja upaya 'mendrobrak' kemapanan musik-musik orgen tunggal. Pagi ini saya merasa, saya salah. Saya senang, saya salah. Saya tidak tahu, diluar Rancak Voice, Poepay, Rynd Band, atau kreativitas dan nasionalisme lokal macam Tomy Bollin, barangkali saja banyak yang sudah, sedang melakukan kerja yang sama.

Mungkin tidak bisa diterima begitu saja mengingat cukup panjang masa jeda musik-musik asyik yang dimainkan Gumarang dan band sejenisnya sekian puluh tahun yang lalu. Sudah terlalu lama kita menikmati lagu-lagu minang dengan ninabobo melulu orgen tunggal, entah itu gamad, ratok, dangdut, joget-joget, maupun lagu lucu-lucuan. Tahun-tahun belakangan musik terus dimainkan, lagu-lagu minang baru diciptakan, beberapa lagu menjadi demikian klasik, lagu-lagu lama dinyanyikan ulang, CD terus diperbanyak, penyanyi baru banyak bermunculan, namun hampir kita tidak menemukan eksplorsi yang khas, unik, baru, segar, dalam musik-musik ini. Musisi-musisi layak sukses, pemusik-pemusik tradisional dikonsep menyanyi dengan orden tunggal cukup populer, namun kita masih belum menemukan yang sesungguhnya kita cari.

Saya kira, dengan upaya baru para musisi muda dan kreator kreatif yang tidak takluk pada cara sederhana perlu diapresiasi. Namun demikian, tidak sedikit yang nanti akan muncul membawa pola yang seragam. Kelatahan ini seringkali beresiko musik yang asal jadi, asal beda. Kita merindukan lagu-lagu awal Elly Kasim yang luar biasa. Saya kira kita akan sampai di masa itu lagi. Capaian-capaian estetik, eksplorasi dan percobaan-percobaan tentu yang akan menentukan sejauh mana musisi tertentu melakukan sebuah pencarian, dan mana yang sekedar pengekor.

Di luar itu, penyanyi-penyanyi minang lainnya, baik yang solo maupun duet, baik yang menyanyikan lagu pop minang, lagu dan musik tradisional, penyanyi-penyanyi yang menghubur lainnya tidak mesti turut serta dalam arus baru ini, sebab akan sangat terkesan latah dan resiko menjadi mentah tentu tak terhindarkan. Mutu dan kualitas karya itu yang utama.




Halah.

*catatan buat Esha yang sibuk mengarsip lagu di https://sebuahsaja.wordpress.com/,siapa tahu saya dikirim CD dengan jenis yang saya maksud di tulisan ini, sebab jangan2 bukan hanya 3, tapi selusin musisi baru dan pendekar yang turun gunung :-)






Tidak ada komentar: